Parokibaa– Kolekte dalam Liturgi mengingatkan kita akan kebiasaan orang Israel untuk mempersembahkan kepada Tuhan hasil karya yang pertama, baik hewan maupun hasil panen perdana ( Kel. 27:7; Im. 1:3; Im. 23:10-13; Ul. 26:2). Orang-orang Israel mengenal kebiasaan memberi dua persepuluhan, yang menjadi tanda syukur atas anugerah dari Tuhan berupa hasil ternak dan panen. secara konkret, pemberian itu digunakan untuk memberi makan kepada kaum Lewi yang menjalankan fungsi pelayanan sebagai imam. Sebagian lagi diberikan kepada orang-orang miskin yang sangat membutuhkan pertolongan. Sampai sekarang banyak Gereja yang menerapkan sistem perpuluhan secara ketat. Bagi kita orang Katolik, kita mengenal bentuk pemberian sebagian dari hasil karya atau pendapatan pada saat Perayaan Liturgis dengan nama Kolekte.

Makna Kolekte

Apa saja yang dikumpulkan untuk dipersembahkan dan apa maknanya? Dalam praktek Gereja abad III, selain roti dan anggur untuk Ekaristi, dipersembahkan juga minyak, lilin, gandum, buah anggur dan barang bernilai lainnya. Pada abad pertengahan, muncul kebiasaan mengumpulkan derma dalam bentuk uang sebagai bagian dari persiapan persembahan (P. Vicentin, “Eucaritia”, dalam Domenico Sartore e Achille M. Tricca (ed.), Nuovo Dizionario di Liturgia (Edizioni Pauline, Roma, 1983), hlm. 497; Bdk. P. Bernard Boli Ujan, SVD, Mendalami Bagian-bagian Perayaan Ekaristi (yogyakarta, 1992), hlm. 44-48)). Pengumpulan uang derma dapat dilakukan sebagai awal persiapan persembahan. inilah yang disebut kolekte. (Tata Perayaan Ekaristi (Ordo Missae), Buku Imam (Terj. Komisi Liturgi KWI, Jakarta 2008), no.19, hlm.37, selanjutnya disingkat TPE)). Selain asal-usul kata Kolekte, juga dalam konteks Lirurgis, persiapan persembahan ini turut memberi makna pada kegiatan kolekte itu.

kata kolekte berasal dari kata Collecta (Bahasa Latin) yang berarti sumbangan untuk makan bersama, pengumpulan, rapat/sidang. (( P. Th. L. Verhoeven, SVD dan Marcus Calvallo, Kamus Latin-Indonesia ( Ende, Penerbit Ledalero, Maumere 1969), hlm. 163)). Istilah yang sama ini (Collecta) dalam tradisi liturgi dipakai untuk menggambarkan persekutuan beriman yang terbentuk sebagai satu kelompok doa di suatu tempat (Gereja).

Selanjutnya istilah collecta dipakai juga sebagai nama untuk Doa Pembuka dalam Perayaan Ekaristi, karena doa itu yang diucapkan secara lantang oleh pemimpin Misa (imam), sebenarnya mengumpulkan dalam rumusan yang singkat-padat semua intensi/maksud hati dari umat beriman yang hadir (yang berdoa dalam hati dalam keheningan sesudah ajakan imam: “Marilah Berdoa” ((PUMR, no. 54; Bdk. Vincenzo Raffa, Liturgia Eucaristica, Mistagogia della Messa; dalla Storia e dalla Teologia alla Pastoralle Practica (Edizioni Liturgiche, Roma, 1998), hlm. 68-69; P. Bernard Boli Ujan, SVD, Op.Cit, hlm. 23-24)). Maka Collecta sebagai bagian dari persembahan mempunyai hubungan erat sekali dengan persatuan-persaudaraan dan dengan doa.

Kolekte tidak hanya sekedar memberikan sesuatu dari diri sendiri kepada orang lain, tetapi kolekte itu mempererat persatuan-persaudaraan antara kita dan orang lain yang menerima sesuatu dari diri kita.

Scroll to Top